Email Nortify

Selasa, 07 Februari 2012

CERITA LAIN TENTANG DESA JERUJU BESAR


TAHUN 

1910
-Masyarakat Bugis datang dan menetap di Desa Jeruju Besar dan bertanam Padi dan Kelapa dalam
-Pada tahun yang sama etnis keturunan Tionghoa berdagang di Desa Jeruju Besar dan sebagian menetap
-Nama Jeruju Besar, berasal dari penemuan pendatang tersebut terhadap tanaman sejenis tanaman Pakis, daun dan batangnya berduri, tumbuh dirawa-rawa dan di pinggir sungai yang masih ada di Desa Jeruju Besar saat ini.
-Sebagian besar masyarakat bertani dengan menanam Padi lokal (tidak diketahui nama/var. Padinya) dan Padi ketan. 
-Sebagian penduduk memelihara ternak Ayam kampung (buras) untuk dikonsumsi sendiri dan tidak untuk dijual. 
-Selain bertani, masyarakat adalah nelayan pantai dan sungai di sekitar desa.

1944 
-Tentara Jepang masuk ke Desa Jeruju Besar, dan memaksa sebagian penduduk untuk kerja paksa membuat jalan di Pontianak, sehingga penduduk tidak memiliki kesempatan bertanam Padi dan merawat kelapa.
-Selain itu, harga kelapa sangat rendah, sehingga sebagian penduduk tidak memelihara/menjual kelapanya dan meninggalkan Desa.

1960 
-Sudah dibuat benteng atau tanggul laut, namun masih kecil dan masih dilewati oleh air pasang besar.

1961
-Datang 20 KK penduduk dari sekitar Pontianak yang merupakan keturunan penduduk yang meninggalkan desa saat pendudukan Jepang, 
-Kepala Desa Jeruju Besar menganjurkan penduduknya untuk menggarap lahan tidur yang tidak digarap agar digarap.
-Pertanaman Padi dianggap baik dengan produktifitas 1,5 ton/ha dengan pemilikan lahan rata-rata 2 ha/KK dan jumlah keluarga yang bertanam Padi 90 KK.
-Kondisi tanaman Kelapa umumnya tidak terurus karena sudah lama ditinggal atau tidak dipelihara

1965-1966
-Datang penduduk baru dari etnis Melayu-Sambas ke Desa Jeruju Besar

1970 - 1971 
-Penduduk mulai menanam kembali tanaman Kelapa di lahan tanaman Padi. Tanaman Padi yang diusahakan petani adalah var : lokal (Sinam, Simpang) umur 6-7 bulan, dengan produktifitas 1,5-2 ton/ha 

1977 
-Tanaman Kelapa yang telah ada sebelumnya, umumnya tidak berbuah karena terendam air asin dari laut.

1978
-Pemerintah membesarkan dan menyempurnakan benteng laut, sehingga air laut pada waktu pasang besar tidak masuk lagi.
-Pembuatan pintu klep diintake Parit Cik Minah dengan laut untuk menghiindari terjadinya banjir dan intrusi air laut ke lahan apabila musim kemarau, serta dilakukan perbaikan saluran tertier.
-Mulai dibangun Gilingan padi (RMU), sebelumnya untuk pengolahan gabah menjadi beras dilakukan petani dengan menumbuk gabah. 
-Dari tahun 1978 – sampai sekarang (2005) sudah ada 5 Unit RMU 

1980
-Sebagian penduduk mulai menjual kelapa berupa Kopra di samping pengumpul kopra yang sebelumnya telah ada.
-Terdapat penyuluhan tentang Hukum, KB dan Pertanian melalui layar tancap yang diikuti penduduk dengan antusias. 

1984-1985 
-Terdapat program P4S dari PU untuk perbaikan saluran tertier.
-Penduduk mulai menanam tanaman Padi 2X dalam setahun dengan bantuan sarana produksi dari pemerintah
-Panen MK tahun 1985 kurang berhasil karena serangan Tikus dan Burung
-Terbentuk beberapa kelompok tani 

1986
-Tanaman Kelapa Dalam mulai dipanen dan umumnya petani mulai meninggalkan tanaman Padi, karena lahan telah dipenuhi oleh tanaman Kelapa dan aktifitas penduduk mulai tercurah untuk tanaman kelapa.
-Listrik Masuk Desa Jeruju Besar melalui akses dari Sungai Kakap

1990-1991 
-Benteng / tanggul laut dikeraskan, dan berfunggsi sebagai jalan tanggul. 
-Prasarana jalan mulai dikembangkan melalui pengaspalan dengan akses dari Sungai Kakap hingga ke jalan-jalan kecil.

1993 
-Seiring dengan prasarana jalan yang cukup baik, petani menjual tanaman Kelapa di pinggir kebun, yang sebelumya harus di jual di pasar setempat. 

1995-1996
-Terbentuk Kelompok Tani Perkebunan dengan bimbingan dari Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Barat.
-Terdapat beberapa introduksi teknologi dari Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Barat (Proyek ISDP Perkebunan)

1997-1998 
-Pada saat terjadi krisis moneter di Indonesia, kondisi perekonomian Desa Jeruju rekatif tetap dengan melihat ; Harga jual kelapa tidak mengalami perubahan dan harga-harga sembako relatif tetap.
- Terdapat 2 unitPower Thresher, selain itu 1 unit Traktor menyewa dari Desa Parit Solo S. Kakap

1999 
-Terjadi banjir besar selama 2 hari yang disebabkan hujan besar dan air pasang, namun tidak berpengaruh terhadap produksi tanaman Kelapa

2004
-Terdapat bantuan ternak Sapi untuk digulirkan dari Dinas Peternakan Propinsi Kal-Bar

2005
-Terdapat bantuan 1 unit Power Thresher

Sumber :

H. Ismail, H. Abdul Fatah, H. Moh. Adam (Mantan Kades Jeruju Besar Tahun 1975 s/d 1998), dan H. Rachman Kepala Desa Jeruju Besar (Tahun 2000 s/d Sekarang)

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More